Senin, 16 Mei 2011

= Pameran Memo#2 (RECOVERY)

Time
Saturday, May 14 at 7:30pm - May 22 at 9:00pm

Location
Bentara Budaya Yogyakarta
Jl. Suroto No. 2 Kotabaru
Djogjakarta, Indonesia

Created By

More Info
Peserta: Agus TBR; Herman Lekstiawan; Riduan; Robi Fathoni; Slamet ‘Soneo’ Santoso Kurator: Anton Larenz

Proyek Memo#2 mencoba menggali struktur keingatan secara visual dengan akibatnya untuk diri sendiri, baik memori peristiwa umum maupun pribadi

Karya seni sering membuka pandangan totalitas yang tersembunyi. Walaupun seni sangat individual keseluruhan secara fragmen masih dapat terasa. Memo #2 mau menghidupkan kesadaran mengenai sejarah, tetapi juga menunjukkan proses yang tidak sadar lagi.

Robi Fathoni berangkat dari pengalaman individual dalam bentuk metafor: “Metafor batu saya ibaratkan seperti sebuah beban, namun beban itu sendiri bagi saya adalah bagian dari rencana Tuhan untuk menguji umatnya, menerima dengan keikhlasan dan kepasrahan. …masa lalu sebagai cermin untuk melangkah ke depan agar lebih semangat lagi dan lebih optimis kembali”.

Untuk Agus Trianto BR seni mencerminkan baik hal pribadi maupun umum. Pengamatan peristiwa politik dan masyarakat dipentingkan dalam pilihan narasi untuk lukisannya: “Peristiwa (reformasi) yang menandai sebagai era reformasi untuk Indonesia berbenah… Sebuah peristiwa yang tidak bisa dilupakan dan masih banyak diliputi ketidakjelasan dan kontroversi sampai hari ini.” Masa lalu tidak boleh dikubur dan dilupakan.

Dalam karya Riduan sejarah politik diwakili dengan potret tokoh-tokoh seperti Gus Dur dan Lee Kuan Yew untuk memperlihatkan arus sejarah yang dapat membawa yang baik tetapi juga sesuatu yang kontroversial atau belum diterima.

Herman Lekstiawan terjun ke dunia sejarah seni pop. Tema alam dan budaya dengan objek ikan hiu, itu tervisualisasikan sebagai mahkluk yang berbahaya dan seram, yang masuk ke kehidupan sehari-hari yang diharap damai dan belum terganggu. Terasa ada suasana psikologis yang tegang dimunculkan di sana.

Slamet ‘Soneo’ Santoso ditarik foto-foto historis. Ia adalah seniman yang ingin tahu tentang sejarah dengan benar. Foto-foto ternyata bukan sumber yang lengkap, fragmen atau potongan dari realitas saja. Untuk memahami sejarah perlu lebih banyak upaya sehingga ilmu sejarah lebih mendalam.

Sastrawan James Joyce menjelaskan bahwa sejarah adalah mimpi buruk dan ia mencoba menghindari atau lari dari itu. Tetapi percobaan ini tidak sukses, pada akhirnya sejarah dapat memuncul lagi, tetapi dalam bentuk yang berbeda – imajiner, menyeramkan, fantastis dan kurang konsisten.

Kesadaran dan kelestarian memory kolektif adalah kemungkinan untuk menyelamatkan masyarakat. Begitulah warisan budaya dan sejarah menjembatani lautan waktu. (Anton Larenz)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar